Thursday, January 3, 2013

Anti Kekerasan dan Art Street


(mural oleh Mas Sigit dan Team; Foto oleh: Sidik Setiawan)
Kampanye Anti Kekerasan dengan Seni Jalanan Mural
Pada era ini, kita dapat membantu untuk berkontribusi menyampaikan pesan kita untuk melawan aksi kekerasan dengan cara yang bukan jalan kekerasan. Seni adalah hal yang universal untuk dapat dijadikan salah satu “kendaraan” untuk berkampanye melawan kekerasan. Seperti yang sekarang ini banyak kita jumpai di jalanan-jalanan di Yogyakarta, dinding semakin marak dengan gambar-gambar mural yang memiliki misi untuk berkampanye tentang melawan kekerasan, korupsi, human trafficking (perdagangan manusia). Memang, di dalam sudut pandang yang berbeda, coretan di tembok orang lain adalah sebuah bentuk kekerasan secara tidak langsung yang dapat memberikan efek tidak terima karena tembok rumah, kantor, toko di gambari dengan gambar-gambar yang tidak mereka inginkan. Akan tetapi, jika dilihat lebih jauh, fenomena ini adalah tindakan yang dipicu oleh semakin maraknya space (ruang) kosong yang di tempeli iklan-iklan yang memaksa orang untuk membeli sebuah produk, iklan. Demikian itu adalah sebuah kekerasan juga, yang berbentuk dengan pemaksaan secara tidak langsung. Sehingga kejadian tembok dicorat-coret adalah sebuah kejadian sebab-akibat yang berdampak baik. Kenapa baik?, karena hampir sebagian dari orang yang tembok rumahnya di gambari dengan gambaran yang menyatakan perang atau melawan sebuah tindak kekerasan, tidak berkeberatan dan bahkan mendukung. Hal ini juga di utarakan oleh seorang seniman penggiat seni jalanan dalam lokakarya melawan kekerasan yang diselenggarakan oleh CRCS (Center for Religious&Cross-Cultural Studies) UGM dan ICIP (International Center for Islam and Pluralism) selama 2 hari, 1 hingga 2 Desember, 2012. Dalam salah satu presentasinya seniman tersebut memahami bahwa, “D ari pada tembok penuh dengan tulisan gangster, yang menandakan gagah-gagahan dan lebih ke sifat anarkis untuk menjalankan kekerasan, lebih baik tembok tersebut diisi dengan gambar-gambar yang dapat membangun anti kekerasan”.  Pada edisi ini kita memiliki tokoh seni mural jalanan, mas Sigit, yang sudah lama bergelut dalam dunia seni jalanan yang menggiati seni sebagai alat komunikasi. Mas Sigit telah lama membuat karya-karya yang dipajang di banyak galeri jalanan. Dalam sudut pandang Mas Sigit, seni adalah alat komunikasi yang dapat berbicara melalui gambar. Karena dukungan Mas Sigit yang mendedikasikan karya seninya untuk komunikasi dan merupakan alat kampanye kreatif, akan dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk melawan kekerasan. (Sidik Setiawan)

Monday, December 3, 2012

Workshop on Students Against Violence: Building a better Indonesia



Kabar Gapyak Dab

Bahasa Version
Dalam rangka membantu untuk menyebarkan dan berkampanye anti kekerasan, CRCS (Center for Religious and Cross-Cultural Studies) UGM dan ICIP (International Center for Islam and Pluralism) menyelenggarakan sebuah workshop yang bertemakan Students Against Violence: Building a better Indonesia (Pelajar Melawan Kekerasan: Dalam membangun Indonesia yang lebih baik). Workshop ini diikuti oleh 30 peserta dari beberapa perwakilan dari universitas-universitas negeri maupun swasta di D.I Yogyakarta. Pada acara workshop yang dilaksanakan selama 2 hari (1-2, Desember, 2012), peserta diberi tambahan wawasan dalam usaha dan kontribusi untuk melawan aksi kekerasan dengan kampanye media offline yang diikuti dengan didukung oleh media online. Pada akhir workshop, peserta diajarkan untuk membuat presentasi proposal dalam penggalangan dana untuk kampanye anti kekerasan. ICIP sebagai penyelenggara utama dari Workshop ini, memberikan kesempatan asupan dana sebesar 8 juta rupiah untuk peserta dengan konsep proyek yang kreatif dalam melakukkan kampanye anti kekerasan. (Sidik Setiawan)


Gapyak Dab news
English Version

In helping to spread peace and to campaign against violence, CRCS (Center for Religious and Cross-Cultural Studies) UGM and ICIP (International Center for Islam and Pluralism) held a workshop called Students Against Violence: Building a better Indonesia. There were 30 participants who represent universities in Yogyakarta, either, Public universities or Private universities.  During the workshop which held for two days (December, 1st-2nd, 2012) participants are taught to fight against violence by doing campaign through online media and offline media.  At the end of the session of workshop, participants are taught to make a proposal and doing presentation for a project of each team, and ICIP as a main exponent of the event, gave a small fund for about 8 million rupiahs, for a selected project , to help them in doing(to accomplish) the project. (Sidik Setiawan)

Selamat Datang di Gubuk GAPYAK DAB!



Gubuk GAPYAK DAB! 

Salaman Dab,

Komunitas ini adalah merupakan pewujudan dari hasil workshop tentang Anti Kekerasan di lingkungan Remaja sebagai pelajar/mahasiswa/penggiat organisasi.

GAPYAK DAB merupakan komunitas non- profit, kolaborasi antar UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Negeri Yogyakarta dalam rangka memberikan informasi berita terbaru kepada semua remaja tentang anti kekerasan, juga merupakan sebuah wadah bagi Remaja Yogyakarta yang peduli terhadap Hidup Bersama demi tujua kedamaian bersama.

Bagi teman-teman semuanya yang merasa ingin Jogja menjadi lebih damai dan dapat nyaman ditempati bersama  ( Yogyakarta berhati Nyaman), mari kita bergerak bersama demi kemajuan Yogyakarta dengan citra kota Budaya dan Kota Pelajar yang damai.



Salam Dab,

Team Kreatif GAPYAK.
NB: Silahkan mencari informasi dan share (berbagi) video pendek tentang kampanye perdamaian dan anti kekerasan. Bersama kita menuju Jogja aman dan tentram!.